LAPORAN
DOSEN : Dr. Patang, S.Pi., M.Si
KUNJUNGAN
LAPANGAN (FIELD TRIP) TEKNOLOGI PROSES PERKEBUNAN

OLEH :
NURJANNAH
1227040005
B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat
Allah swt, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini, tepat pada waktu yang telah ditentukan.Tak
lupa pula, salawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad saw, yang telah membebaskan manusia
dari zaman jahiliah kepada zaman modern seperti saat ini.
Alhamdulillah, ucapan terima kasih
tidak lupa penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yaitu Dr. Patang,
S.Pi.,M.Si., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah penulis kunjungi sebelumnya, yaitu
mengunjungi perkebunan markisa yang ada di Malino. Dengan adanya kunjungan ini,
diharapkan penulis dapat mengetahui tentang perkebunanmarkisa yang ada di
Malino.
Kritik
dan saran penulis butuhkan dari para pembaca, untuk membantu pembuatan
laporan-laporan penulis selanjutnya. Terima kasih
Makassar,
24 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
LEMBAR
ASISTENSI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan masalah
2
C.
Tujuan 2
D.
Manfaat 2
BAB
II METODOLOGI 3
A.
Waktu dan
Tempat 3
B.
Alat dan bahan 4
C.
Prosedur kerja 4
BAB III HASIL DAN
PEMBAHASAN 6
A. Teknologi
Perbanyakan Tanaman 6
B. Manajemen
Kebun Tani Tanaman 7
C. Hama,
Penyakit dan Pengendaliannya 11
D.
Pemanenan 16
BAB
IV PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B.
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 20
DAFTAR GAMBAR
Hal
1.
Bibit Tanaman
Markisa. 8
2.
Buah markisa
yang sudah siap panen 16
3.
Kunjungan Ke
Kebun Markisa 20
4.
Foto Bersama
Dengan Pemilik Kebun Markisa 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Markisa tergolong kedalam tanaman genus passiflora berasal
dari daerah tropis dan subtropis di Amerika. Nama lain yang dikenal untuk buah
ini diantaranya maracuja (portugis), maracuya (spanyol). Salah satu buah lokal yang
diharapkan dapat dikembangkan menjadi buah ekspor adalah buah markisa (passion
fruit atau gradilla). Buah markisa yang ada di Indonesia ada
beberapa jenis, antara lain adalah markisa sayur atau erbis (passiflora
quadrangularis), konyal (passiflora lingularis), markisa ungu atau
siuh (passiflora edulis f. edulis) dan markisa kuning (passiflora
edulis f. flavicarpa).
Sementara itu, ada pula varian markisa yang tumbuh didaerah
sumatera barat yang disebut sebagai markisa manis (passiflora edulis forma flavicarva).
Erbis tidak dibudidyakan secara komersial dan hanya dikomsumsi lokal, sedangkan
konyal yang berwarna kuning banyak dijual belikan sebagai buah segar di
tempat-tempat tertentu karena rasanya cukup manis walaupun aromanya relative
tidak ada.
Markisa ungu merupakan salah satu jenis markisa yang paling banyak
dibudidayakan untuk diambil sari buahnya, sedangkan warna kuning yang juga
diambil saribuahnya, sedang dalam pengembangan di daerah-daerah tertentu,
khsusnya di daerah lampung. Sari buah markisa ungu memepunyai cita rasa
manis-asam dengan aromanya yang khas. Di perdagangan dunia, sebagian besar sari
buah markisa diperdagangkan berasal dari sari buah markisa ungu.
Markisa segar tinggi beta karoten, kalium, dan serat makanan. Jus
buah markisa adalah sumber yang baik asam askorbat (vitamin C), dan baik bagi orang-orang yang
memiliki tekanan darah tinggi varietas kuning digunakan untuk pengolahan jus,
sedangkan varietas ungu dijual dipasar buah segar. Markisa merupakan tanaman
khas Sulawesi selatan yang telah popular hingga kemancanegara. Buahnya berbagai
zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan.
Di Indonesia, sari buah markisa yang dijual dipasaran hanya berasal
dari sari buah markisa ungu. Diluar negeri selain dimanfaatkan sari buahnya
sebagai bahan campuran untuk youghort, ice cream, jam, jelly, kue-kue atau
dicampur dengan sari buah lain(panache), markisa ungu juga banyak dalam
bentuk buah segar. Tanaman markisa dikembangkan di beberapa tempat di Indonesia
antara lain di Sulawesi selatan, Sumatera utara, Sumatera barat dan lampung.
Jenis markisa yang dikembangakan di Sulawesi selatan dan sumatera utara adalah
markisa ungu (passiflora edulis), sedangakan di sumatera barat pada
umumnya adalah yand dibudidayakan adalah markisa kuning (konyal) dengan rasa
manis untuk dikomsumsi langsung.
Di Sulawesi selatan dari 25.399 ha lahan yang berpotensi untuk
pengembangan markisa, baru 4,411 ha yang ditanami dengan produksi 34.226 ton
pada tahun 1997, sedangkan di sumatera barat pada tahun yang sama terdapat 2.710
ha tanaman markisa dengan produksi 12.710 ton. Rendahnya lahan tanaman markisa
disebabkan antara lain karena tanaman tersebut membutuhkan tempat dengan
ketinggian minimal 800 mdpl. Walaupun demikian, di Sulawesi selatan produksi
tanaman ini telah diekspor sejak tahun 1992 dengan nilai US$ 361.911,18 yang
kemudian cenderung berkurang setiap tahunnya, sehingga pada tahun 1998, nilai
ekspornya hanya mencapai US$115.890,29.
Faktor lain yang menyebabkan penurunan ekspor tersebut adalah
berkurangnya produksi buah markisa akibat banyaknya tanaman yang sudah tua dan
meningkatkan permintaan sari buah markisa dari dalam negeri sendiri. Pemerintah
telah memperhatikan pengembangan markisa, hal ini antara lain dengan adanya
bantuan dana OECF di sentra-sentra pengembangan markisa untuk pengembangan
tanaman baru. Selain itu markisa juga termasuk salah satu tanaman holtikultura
yang dapat dibiayai dengan skim KUT untuk pembiayaan modal kerja usaha tani.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas maka, adapun
rumusan permasalahan yang timbul antara lain :
1. Bagaimana teknologi perbanyakan tanaman markisa?
2.
Bagaimana
manajemen kebun tani tanaman markisa?
3. Hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanman
markisa serta bagaimana cara pengendaliannya?
4. Bagaimana cara pemanenan tanaman markisa?
C.
Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka adapun tujuannya
sebagai berikut:
1.
Mengetahui teknologi perbanyakan tanaman markisa
2. Mengetahui manajemen kebun tani tanaman markisa
3.
Mengetahui
Hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanman markisa serta bagaimana cara
pengendaliannya
4. Mengetahui cara pemanenan tanaman markisa
D.
Manfaat
Dengan
adanya kunjungan ini, diharapkan para mahasiswa dapat menambah wawasannya dalam
mempelajari bagaimana teknologi proses perkebunan khususnya pada tanaman
markisa dan pengaruhnya dalam produktivitas hasil pertanian, sehingga dapat
menggugah motivasi mahasiswa dalam mempelajari berbagai bidang ilmu yang
diterima dari luar kampus.
BAB II
METODOLOGI
A.
Waktu dan
Tempat
Berdasarkan matakuliah yang sedang berjalan, maka adapun kegiatan
field trip yang dilakukan pada beberapa tempat, berikut uraian waktu dan
tempatnya, sebagai berikut:
1.
Waktu
1.1
Hari jum’at 25
oktober 2013
2.
Tempat
2.1
Kunjungan Ke Kebun
Markisa
B.
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang dipergunakan dala field trip ini adalah, sebagai berikut:
1.
Alat tulis
menulis Alat dokumentasi (kamera)
2.
Alat
transportasi seperti bus dan motor
3.
Baju lapangan
(baju lab)
4.
Laptop
5.
LCD
6.
Laser pointer
7.
Pengeras suara
(microphone)
C.
Prosedur kerja
Kunjungan
ini dilaksanakan selama 3 hari ini, dengan cara membagi waktu berkunjung. Untuk
hari pertama, yaitu tanggal 23 Oktober 2013, yaitu kunjungan ke BPPMHP (Balai
Pengujian Dan Pembinaan Mutu Hasil Perikanan)
yang bertempat di Makassar. Kemudian dilanjutkan ke BPTP (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian) yang merupakan aspek dalam mata kuliah
agroklimatologi.
Kunjungan
hari kedua, yaitu pada tanggal 24 oktober 2013 yang bertempat di kota Makassar
yaitu kunjungan ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rajawali, kemudian dilanjutkan
ke Balai Besar Karantina Pertanian (BKP) yang ada di Sudiang, setelah itu
kunjungan dilanjutkan ke Pabrik Markisa yang bertempat di Malino.
Kunjungan
hari ketiga, dilaksanakan pada hari Jum’at, 25 Oktober 2013 yaitu kunjungan ke Kebun Kentang, dan
Kunjungan ke Kandang Sapi Perah yang dilaksanakan pada hari yang sama, di
Malino.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Teknologi
Perbanyakan Tanaman
1. Perbanyakan
dengan biji
Tanaman markisa biasanya tumbuh dari biji. Untuk memperoleh
bibit yang baik dari biji, diperlukan buah yang matang dipohon dengan
cirri-ciri kulit buah berwarna keungu-unguan atau kira-kira 75 % ungu jenis (passiflora
edulis Sims), berwarna kekuning-kuningan atau kira-kira 60 % kuning untuk
jenis P. Flavicarva. Buah tersebut dipetik langsung dari pohon kemudian
disimpan selama satu atau dua minggu sampai buak berkerikut dan matang sempurna
sebelum bijinya dikeluarkan. Bila biji segera disemaikan, maka akan berkecambah
Selma 2-3 minggu. Bila lendir yang meletak pada biji dibersihkan dan disimpan
akan menurunkan daya kecambah.
Gambar
1 Bibit Tanaman Markisa.
Persemaian dapat dilakukan pada bak-bak pesemian atau
bedengan, tergantung kebutuhan. Bak semai dapat terbuat dari kayu atau bak
plastic. Bedengan dengan lebar 1 m, panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Media pesemaian dapat berupa campuran pasir/sekam + pupuk kandang + tanah
dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Pada media pesemaian dibuat larikan-larikan
kecil berjarak + 7-10 cm. Jarak semai di dalam larikan diusahakan tidak terlalu
rapat (3-4 cm). Tempat pesemaian diberi naungan untuk melindungi bibit dari sinar
matahari dan hujan yng berlebihan. Pada umur 4 minggu setelah semai, bibit
disapih atau dipindahkan kekantong plastic hitam (polybag) berukuran 10 x 15 cm
yang berisi media pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 2 : 1. Pada tiap
polibag ditanam 1 bibit. Bibit tersebut ditempatkan ditempat teduh dan disiram
setiap hari.
2. Perbanyakan
dengan Grafting
Selain dengan biji, markisa juga dapat diperbanyak dengan
cara, grafting (sambung), atau stek. Bagian tanaman yang akan dijadikan stek
baiknya diambil dari tanaman yang cukup tua dan berkayu, ruasnya 3-4. Bibit
dari stek yang berakar siap ditanam pada umur 90 hari. Pengakaran stek dapat
dipercepat dengan perlakuan hormon.
Penyambungan memegang peranan penting terutama dalam
melestarikan spesies-spesies hibrida dan mengurangi kerusakan Karen serangan
nematode dan penyakit dengan menggunakan batang baeaw jenis markisa P.
flavicarva. Mata tunas (entries) diambil dari cabang yang sehat, sebaiknya
dari tanaman yang sudah tua. Diameter entries disesuaikan dengan diameter
batang bawah. Cara penyambungannya dapat dengan sambungan celah atau sambungan
samping.
B. Manajemen
Kebun Tani Tanaman
1.
Pemilihan kebun
Kebun yang akan ditanami markisa hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan agroekologi varietas yang akan ditanam. Letaknya dipilih yang
strategis, mudah dijangkau, pengangkutan sarana produksi dapat dilakukan dengan
mudah, dekat dengan pasar, tenaga kerja didaerah tersebut cukup tersedia, dan
dekat dengan sumber air. Kalau kondisi ini terpenuhi, maka biaya produksi dapat
ditekan.
2. Penyiapan
lahan
Lahan yang akan ditanami markisa, terlebih dahulu dibersihkan
dari tanaman pengganggu atau gulam. Pada lahan yang kelerengannya >15 %,
pembersihan gulam perlu dilakukan secara hati- hati karena peluang terjadinya
erosi cukup tinggi. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan mengikuti garis
contour dan dilakukan seminimal mungkin (minimum tillage). Pada tempat-tempat
tertentu dibuat teras dan sebaiknya diatasnya dapat ditanami tanaman penguat
teras atau pecan ternak seperti rumput gajah, rumput raja, gamal, yang
sekaligus dapat mencegah erosi.
3.
Jarak tanam
Setelah tanaman pengganggu dibersihkan, selanjutnya dibuat
lubang tanam dengan jarak 3x3m atau 2x4m , atau 3x5m tergantung pola tanam nya.
Bila akan dilakukan penanaman tanaman sela diantara tanaman markisa maka
sebaiknnya dipakai jarak tanam renggang, misalnya 3x4m, 3x5m. bila markisa
ditanam secar monokultur, maka dipakai jarak tanam rapat, misalnya 2x3m. lubang
tanam dibuat mengikuti garis contour (tanah berlereng). jarak tanam yang
digunakan adalah 2 x 5 m, yaitu 2 m jarak antara baris tanaman dan 5 m jarak
antar tanaman. Dengan demikian jumlah tanamannya adalah 1.000 pohon per
ha. Tanah digali dengan ukuran 50x40x40 cm. tanah bagian atas dicampur
dengan pupuk kandang ± 20kg, kemudian dimasukkan kedalam lubang kembali dan
dibiarkan selama beberapa hari.
Penanaman sebaiknnya dilakukan pada musim hujan untuk
menghindari terjadinya styress karena kekurangan air. Selama tanaman masih muda
(0-7) bulan, pada setiap pohon diberi ajir dan diikat dengan tali rafiah pada
ajir terebut. Penyiraman disesuaikan dengan keadaan cuaca.
4.
Pengairan
Pada musim kemarau, tanaman perlu diairi sehingga tanaman
tetap dapat berbuah. Pada lahan dengan pengairan teknis pengairan dapat
dilakukan dengan penggenangan sampai kira- kira mencapai kapasitas lapang,
dilakukan sekali seminggu. Sedang pada lahan yang tidak tersedia pengairan
teknis, pengairan dapat dilakukan dengan membuat tempa- tempat penampungan air,
seperti kolam, drum, kemudian diambil dengan ember dengan volume penyiraman 5-7
liter per pohon, dilakukan dua kali seminggu.
5. Pemupukan
Agar produktivitas tanaman markisa dapat dipertahankan
(jumlah dan kualitas), diperlukan hara tambahan, baik melalui tanah maupun
lewat daun. Karena dalam 2 sampai 3 tahun, produktivitas tanaman akan menurun
bila tidak dilakukan suplai hara. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam
memupuk tanaman markisa adalah :
a) Umur
dan fase pertumbuhan tanaman
b) Kesuburan
tanah yang akan dipupuk.dalam hal ini diperlukan data hasil analisis tanah pada
lokasi penanaman.
Kedua faktor tersebut akan menentukan tingkat efektifitas
pemupukan, karena terkait dengan jenis, jumlah, cara dan waktu pemberian pupuk.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman markisa memerlukan pupuk
organic dan anorganik (buatan). Jenis, dosis, waktu dan cara aplikasi pupuk
yang dianjurkan pada tanaman markisa asam (passiflora edulis sims) dicantumkan
pada tabel berikut :
Jenis pupuk
|
Dosis/tahun
|
Waktu
|
Cara aplikasi
|
Pupuk kandang
|
10 kg/pohon
|
2 minggu sebelum tanam
|
Dicampur dengan tanah saat menggali lubang tanam
|
NPK (15:15:15)
|
1.000 g/ pohon
|
3 kali setahun (selang 4 bulan)
|
Diberikan melingkari lubang tanaman ± 20 cm dari pohon
|
Urea
|
500 g /pohon
|
2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan)
|
Diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon
|
TSP
|
400 g / pohon
|
2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan)
|
Diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon
|
KCL
|
300 g/ pohon
|
2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan)
|
Diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon
|
Pupuk Kandang
|
50-75 kg / pohon
|
Awal musim hujan
|
Disebarkan dekat pohon
|
Urea
|
300 g/ pohon
|
Awal musim hujan
|
Dalam larikan
|
KCL
|
150 g/ pohon
|
Awal musim hujan
|
Dalam larikan
|
6.
Pembuatan Para-Para
Tanaman markisa merupakan tanaman merambat. Oleh karena itu
untuk memperoleh produksi yang optimal, diperlukan rambatan (para- para) yang
sesuai. Para- para ini dapat dibuat dari bambu (batang, tajuk) atau kawat
dengan menggunakan sistem T. Pada pertanamn dipekarangan, sebaiknya rambatan
dibuat dengan sistem para-para. Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk
pertanaman skala luas, tiang rambatan sebaiknya dipakai tiang- tiang dari kayu
yang tahan terhadap hujan dan tidak disukai rayap atau dapat pula dipakai kayu
hidup seperti gamal/glirisida. Tinggi tiang ± 2,5 m dan ditanam di dalam tanah
sedalam 50 cm.jarak antara satu tiang dengan tiang berikutnya 3-5 m.
7.
Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman markisa memegang peranan penting
karena dengan pemangkasan produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. Pemangkasan
hendaknya dipilih pada waktu pertumbuhan baru terlihat (keluar tunas pada pucuk
baru). Selanjutnya setelah buah dipungut, pemangkasan dilakukan pula untuk
membuang cabang- cabang yang mati dan daun- daun yang kering. Pemotongan cabang
yang panjang perlu pula dilakukan, terutama untuk meransang keluarnya cabang
buah lebih banyak. Cabang yang dibiarkan tumbuh adalah 4 cabang utama.
Pemangkasan ini dimaksudkan agar tanaman markisa dapat gerbunga dan berbuah
secara terus- menerus.
8. Pola
Tanam
Meskipun dapat ditanam secara monokultur, akan tetapi lebih
menguntungkan dilakukan penanaman dengan cara tumpang sari antara markisa
dengan tanaman sayuran. Beberapa jenis tanaman sayuran yang cocok diusahakan
diantara tanaman markisa adalah tomat, kentang, kubis, buncis, brokoli, dengan
R/C ratio masing- masing secara berturut- turut 1,26:1,21:1,44:1,47:dan 1,44.
C. Hama,
Penyakit dan Pengendaliannya
1.
Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman markisa adalah:
a.
Kutu Daun (Macrosphun sp)
Kutu
berwarna hijau dengan bagian kepala berwarna merah kekuning- kuningan, dada
berwarna coklat dan pada bagian punggung terdapat garis melintang
kebelakangberwarna hijau gelap. Kutu berukuran kecil, panjang tubuh berkisar
2-2,5 mm. kutu menerang tunas atau daun- daun muda dengan cara mengisap cairan
tanaman, sehingga helaian daun mengalami perubahan bentuk, memilin dan
berkeriput. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan pemeliharaan
tanaman yang baik, misalnya dengan pemupukan yang tepat dan berimbang.
b.
Hama Pemakan Daun
Bentuk kepala memanjang menyerupai moncong, alat mulutnya
terdapat pada moncong tersebut. Kumbangnya berukuran kecil, panjang tubuh kira-
kira 5-10 mm, berwarna hitam kebiru- biruan. Kumbang ini memakan tunas- tunas
daun muda sehingga daun berlubang- lubang.
c.
Kutu Buluh Putih
Kutu
buluh putih menyerang batang dan ranting- rnting tanaman. Kutu buluh putih
secara bergerombol menyelimuti seluruh permukaan tanaman yang terserang dan
secara langsung mengisap cairan tanaman pengendalian hama ini dapat dilakukan
dengan sanitasi kebun dan pemeliharaan tanaman yang teratur.
2.
Penyakit
Penyakit utama yang menyerang tanaman markisa adalah :
a. Penyakit
Bercak Coklat (Alternaria passiflorae)
Penyakit
ini pertama kali dilaporkan menyerang tanaman markisa di Indonesia pada tahun
1964. Patogen menyerang batang, cabang, tangkai daun, daun dan buah.
Serangannya ditandai oleh adanya bercak bercak coklat pada bagian tanaman yang
terserang. Pada daun mula-mula terdapat bercak kecil, bulat berwarna coklat tua
dan tembus cahaya, kemudian membesar, bagian tengahnya berwarna coklat muda.
Pusat bercak menunjukkan gejala nerkotik dan warnanya berubah jadi besar. Pada
serangan yang berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daunnya gugur. Pada
batang/cabang yang terserang jug timbul bercak berwarna coklat dan memanjang.
Jika bercak ini mengelilingi batang, maka cabang yang lebih muda disebelahnya
akan mongering dan mati. Buah yang terinfeksi juga terdapat bercak berwarna
coklat dan bagian yang terserang menjadi busuk. Konidium Alternaria
passiflorae dapat disebarkan melalui angin atau hujan dari buah, daun yang
sakit atau yang gugur. Patogen ini sangat cepat berkembang apabila cuaca lembab
dan panas.
Di Kabupaten Gowa dan Sinjai serangan berat
biasanya terjadi menjelang musim hujan dan pada musim hujan. Pada waktu
menjelang musim hujan, kelembaban udara cukup tinggi karena mendung, tetapi
hujan belum turun. Menurut pengalaman petani serangan penyakit ini menyebabkan
tanaman cepat mati (umur 3 tahun) dan produksinya dapat menurun hingga 40 %.
Tingkat serangan penyakit ini cukup tinggi yaitu mencapai 60%. Dari 6 kultivar
(umur 6 bulan) yang ditanam dikabupaten sinjai (1500 m dari permukaan laut),
nampaknyan hanya kultivar ungu gowa dan ungu sinjai yabg kurang terserang (kurang
dari 10%). Sedang kultivar ungu polmas, ungu brastagi, ungu toraja, dan ungu
enrekang terserang lebih dari 50%.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan :
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan :
a) Mengatur
tajuk tanaman agar tidak terlalu rapat dengan pemangkasan yang teratur,
b) Memangkas/membuang
bagian tanaman yang terserang kemudian membakarnya
c) Pemakaian
fungisida meneb + zineb, menkozeb dengan konsentrasi 0.25%.
b.
Penyakit Embun Jelaga (Capnadium
sp)
Cendawan
capnadium sp ini membentuk lapisan berwarna hitam, kering, tipis, merata
sehingga permukaan daun tertutup. Patogen ini secara langsung tidak
mengakibatkan kerugian yang berarti bagi tanaman, tetapi dapat mneghambat
terjadinya aktivitas yang berlangsung pada daun seperti fotosintesis dan
transpirasi sehingga perkembangan tanaman terhambat.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan penggunaan rambatan dan pemangkasan agar tajuk tanaman tidak saling menaungi.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan penggunaan rambatan dan pemangkasan agar tajuk tanaman tidak saling menaungi.
c.
Penyakit Bercak Diplodia (Diplodia
sp)
Pada
tanaman yang terserang, terutama pada batang terdapat bercak- bercak coklat
yang menyebabkan batang kering dan buah menjadi keriput. Tangkai buah yang
terserang berwarna coklat tua dan membusuk. Pembusukan lebih lanjut pada
permukaan bagian tanaman yang terserang menyebabkan terbentuknya banyak badan
buah jamur yang membentuk spora berwarna hitam. Pembusukan yang terjadi pada
buah mengakibatkan buah menjadi lunak dan berair. Penyakit ini dapat
dikendalikan dengan membuang bagian tanaman yang terserang dan dibakar.
d.
Penyakit Busuk Pangkal Batang
Beberapa
jenis cendawan yang dilaporkan menyebabkan penyakit busuk pangkal batang
(coolar rot) di malysia,fuji, queesland, adalah phitophora cinnamomi dan p.
nicotianae B de Han Var. parastica. Di indonesia penyakit ini ditemukan di
sumatera utara. Tanaman yang terserang layu, menguning dan daun- daunnya gugur.
Kulit pangkal batang diatas permukaan tanah pecah- pecah. Jika kulit dikelupas,
tampak adanya pembusukan yang berwarna coklat kemerahan yang meluas keatas.
Cendawan
ini terutama menyerang dikebun-kebun yang berdrainase jelek. Cendawan
menginfeksi akar-akar yang halus dengan spora kembara, atau dapat juga terjadi
pada pangkal batang diatas permukaan tanah melalui luka- luka karena alat-alat
pertanian. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan
a) Pembuatan
saluran drainase sehingga air tidak tergenang
b) Sanitasi
kebun
c) Penggunaan
para- para dari pucuk bambu dan dikombinasikan dengan fungisida provineb 56% +
oksidil 10%.
e. Antraknose
pada Daun (gloesporium sp)
Serangan
dimulai pada pinggir daun dengan gejala daun menguning, kemudian berubah warna
menjadi putih kelabu pada sebagian besar tepi daun, sehingga dun kelihatan
seperti terbakar. Pada permukaan daun terdapat bintik- bintik hitam yang
merupakan aservuli cendawan yang dalam suasana lembab akan membentuk massa
konidium. Dibawah mikroskop terlihat cendawan dengan ciri konidium berbentuk
oval, bening dan bersel satu.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mencegah kelembaban yang terlalu tinggi pada tanaman,misalnya dengan pembuatan para- para yang baik dan jarak tanam yang tidak rapat.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mencegah kelembaban yang terlalu tinggi pada tanaman,misalnya dengan pembuatan para- para yang baik dan jarak tanam yang tidak rapat.
f.
Periconia sp
Cendawan
ini mempunyai konidia yang berwarna gelap, berbentuk panjang, lurus, dan bersel
satu. gejala serangan ditandai dengan adanya bercak- bercak kuning pada batang
yang akhirnya berwarna cokolat. Cendawan ini bersifat parasit atau saprofit
pada berbagai jenis tanaman.
g.
Penyakit Buah Berkayu
Pada
tanaman yang terserang nampak gejela pada daun-daun muda yaitu belang-belang
hijau atau kuning, berpola mosaik atau bercak cincin atau kadang-kadang berlubang.
Daun ukurannya lebih kecil dari biasanya. Buah menunjukkan gejela berkayu,
lebih kecil, permukaannya kasar dan tertutup oleh tonjolan-tonjolan bergabus.
Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dapat menular melalui alat-alat
pertanian, serangga maupun gulma.
Penyakit dapat dikendalikan dengan :
Penyakit dapat dikendalikan dengan :
a) Membersihkan
(sanitasi) gulma didalam ataupun di sekitar kebun untuk mengurangi sumber
inokulum
b) Pembibitan
jauh dari kebun markisa, atau tanaman kacang maupun tanaman labu.
D. Pemanenan
Panen dilakukan setelah buah berumur 120-140 hari sejak bunga muncul atau
85-95 setelah bunga mekar (p. edulis sims).
Gambar 2 Buah markisa yang sudah
siap panen.
Indikator yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat ketuaan buah adalah,
sebagai berikut :
1.
Warna kulit buah telah berubah dari hijau ungu menjadi
kuning (passiflora vlaficarva)
2.
Buah muda yang berwarna hijau muda berubah menjadi
hijau kekuning kuningan.
3.
Selain dengan warna kulit buah, saat panen yang tepat
dapat ditandai dengan mengerutnya tangkai buah dan keluarnya warna yang khas.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan dari rumusan masalah dan pembahasan sebelumnya maka
adapun kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1.
Teknologi
perbanyakan tanaman markisa diantaranya perbanyakan dengan biji dan perbanyakan
dengan grafting
2. Manajemen kebun tani tanaman markisa yaitu terdiri
atas
a. Pemilihan kebun
b. Penyiapan lahan
c. Jarak tanam
d. Pengairan
e. Pemupukan
f. Pembuatan para-para
g. Pemangkasan
h. Pola tanam
3. Hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanman
markisa serta bagaimana cara pengendaliannya yaitu
a. Hama diantaranya : kutu daun (Macrosphon Sp),
hama pemakan daun, dan kutu buluh putih.
b. Penyakit diantaranya : penyakit bercak cokelat (Alternaria
passiflorae), penyakit embun jelaga (Capnadium Sp), penyakit bercak
diplodia (Diplodia Sp), penyakit busuk pangkal batang, antraknose pada
daun, dan penyakit buah berkayu.
Adapun cara pengendaliannya yaitu pembuatan
saluran drainase sehingga air tidak tergenang dan sanitasi kebun
4. Cara pemanenan tanaman markisa yaitu panen
dilakukan setelah buah berumur 120-140 hari sejak bunga muncul atau 85-95
setelah bunga mekar (p. edulis sims).
B.
Saran
Untuk para mahasiswa semoga dengan adanya laporan tentang teknologi
proses perkebunan khususnya tanaman markisa dapat memeberikan semangat atau
motivasi agar para mahasiswa bisa mengembangkan ide-ide dalam mengolah kebun
serta cara membudidayakan tanaman mariksa yang baik dan benar serta teknologi
yang dipakai bersifat ramah lingkungan.
Untuk para petani, semoga bisa meningkatkan produktivitas tanaman
markisa untuk memajukan pertanian Indonesia khususnya tanaman markisa.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel,
2013. “ manfaat buah markisa”. http://artiklterkait.com, diakses 07
November 2013.
Priyanto,
Didik. 2013. “kandungan gizi buah markisa” http://jendelauntukkita.blogspot.com,
diakses 07 November 2013.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 3 Kunjungan
Ke Kebun Markisa

Gambar 4 Foto
Bersama Dengan Pemilik Kebun Markisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar