Kamis, 20 November 2014

ISBD " BAJU BODO"



TUGAS ISBD
A.RAMLI  RASYID, S.Sos.,M.Pd

BAJU BODO

NURJANNAH
1227040005
PTP-B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS  TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanawata’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar tentang sejarah benda-benda museum fort Rotterdam. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai sejarah perkembangan baju bodo bugis Makassar sebagai ciri khusus suku bugis Makassar.
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap bisa menjadi acuan atau referensi sekaligus menambah wawasan tentang perkembangan baju bodo suku bugis Makassar. Penulis juga menyadari, bahwa  masih memiliki kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada penulis. Selain itu, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan penulis khususnya.

                                                                                   Makassar, 10 oktober 2013

                                                                                                      Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Makassar adalah suatu kota yang terletak di provinsi sulawesi selatan. Makassar terkenal dengan berbagai macam kebudayaan. Salah satunya yaitu Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan  khususnya Makassar. Pada abad ke-20, tari ini keluar dari tradisi istana dan menjadi pertunjukan populer. Ia seringkali dipentaskan di sejumlah acara, seperti pernikahan, ritual pengobatan dan sunatan. Tari ini sangat energik, terkadang begitu hingar bingar oleh musik, namun diiringi oleh tarian yang sangat lambat lemah gemulai dari para penari wanita muda. Dua kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik) mengiringi dua penari.selain tarian terdapat juga busana adat tradisional.
Busana adat merupakan salah satu aspek yang cukup penting. Bukan saja berfungsi sebagai penghias tubuh, tetapi juga sebagai kelengkapan suatu upacara adat. Yang dimaksud dengan busana adat di sini adalah pakaian berikut aksesori yang dikenakan dalam berbagai upacara adat seperti perkawinan, penjemputan tamu, atau hari-hari besar adat lainnya. Pada dasarnya, keberadaan dan pemakaian busana adat pada suatu upacara tertentu akan melambangkan keagungan upacara itu sendiri.
Melihat kebiasaan mereka dalam berbusana, sebenarnya dapat dikatakan bahwa busana adat Makasar menunjukkan kemiripan dengan busana yang biasa dipakai oleh orang Bugis. Meskipun demikian, ada beberapa ciri, bentuk maupun corak, busana yang khas milik pendukung kebudayaan Makasar dan tidak dapat disamakan dengan busana milik masyarakat Bugis.
Pada masa dulu, busana adat orang Makasar dapat menunjukkan status perkawinan, bahkan juga status sosial pemakainya di dalam masyarakat. Hal itu disebabkan masyarakat Makasar terbagi atas tiga lapisan sosial. Ketiga strata sosial tersebut adalah ono karaeng, yakni lapisan yang ditempati oleh kerabat raja dan bangsawan; tu maradeka, yakni lapisan orang merdeka atau masyarakat kebanyakan; dan atu atau golongan para budak, yakni lapisan orangorang yang kalah dalam peperangan, tidak mampu membayar utang, dan yang melanggar adat. Namun dewasa ini, busana yang dipakai tidak lagi melambangkan suatu kedudukan sosial seseorang, melainkan lebih menunjukkan selera pemakainya.
Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin pemakainya, busana adat Makasar tentu saja dapat dibedakan atas busana pria dan busana wanita. Masing-masing busana tersebut memiliki karakteristik tersendiri, busana adat pria dengan baju bella dada dan jas tutunya sedangkan busana adat wanita dengan baju bodo dan baju labbunya.
Busana adat pria Makasar terdiri atas baju, celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala atau passapu. Baju yang dikenakan pada tubuh bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah dada atau bella dada. Model baju yang tampak adalah berlengan panjang, leher berkrah, saku di kanan dan kiri baju, serta diberi kancing yang terbuat dari emas atau perak dan dipasang pada leher baju. Gambaran model tersebut sama untuk kedua jenis baju pria, baik untuk jas tutu maupun baju bella dada. Hanya dalam hal warna dan bahan yang dipakai terdapat perbedaan di antara keduanya. Bahan untuk jas tutu biasanya tebal dan berwarna biru atau coklat tua. Adapun bahan baju bella dada tampak lebih tipis, yaitu berasal dari kain lipa sabbe atau lipa garusuk yang polos, berwarna terang dan mencolok seperti merah, dan hijau.
Khusus untuk tutup kepala, bahan yang biasa digunakan berasal dari kain pasapu yang terbuat dari serat daun lontar yang dianyam. Bila tutup kepala pada busana adat pria Makasar dihiasi dengan benang emas, masyarakat menyebutnya mbiring. Namun jika keadaan sebaliknya atau tutup kepala tidak berhias benang emas, pasapu guru sebutannya. Biasanya, yang mengenakan pasapu guru adalah mereka yang berstatus sebagai guru di kampung. Pemakaian tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang melambangkan satus sosial pemakainya.
Kelengkapan busana adat pria Makassar yang tidak pernah lupa untuk dikenakan adalah perhiasan seperti keris, gelang, selempang atau rante sembang, sapu tangan berhias atau passapu ambara, dan hiasan pada penutup kepala atau sigarak. Gambaran busana adat pria Makassar lengkap dengan semua jenis perhiasan seperti itu, tampak jelas pada seorang pria yang sedang melangsungkan upacara pernikahan. Lebih tepatnya dikenakan sebagai busana pengantin pria.
Sementara itu, busana adat wanita Makasar terdiri atas baju dan sarung atau lipa. Ada dua jenis baju yang biasa dikenakan oleh kaum wanita, yakni baju bodo dan baju labbu dengan kekhasannya tersendiri. Baju bodo berbentuk segi empat, tidak berlengan, sisi samping kain dijahit, dan pada bagian atas dilubangi untuk memasukkan kepala yang sekaligus juga merupakan leher baju. Adapun baju labbu atau disebut juga baju bodo panjang, biasanya berbentuk baju kurung berlengan panjang dan ketat mulai dari siku sampai pergelangan tangan. Bahan dasar yang kerap digunakan untuk membuat baju labbu seperti itu adalah kain sutera tipis, berwarna tua dengan corak bunga-bunga. Kaum wanita dari berbagai kalangan manapun bisa mengenakan baju labbu.
Pasangan baju bodo dan baju labbu adalah kain sarung atau lipa, yang terbuat dari benang biasa atau lipa garusuk maupun kain sarung sutera atau lipa sabbe dengan warna dan corak yang beragam. Namun pada umumnya, warna dasar sarung Makasar adalah hitam, coklat tua, atau biru tua, dengan hiasan motif kecil kecil yang disebut corak cadi. Sama halnya dengan pria, wanita makasar pun memakai berbagai perhiasan untuk melengkapi tampilan busana yang dikenakannya Unsur perhiasan yang terdapat di kepala adalah mahkota (saloko), sanggul berhiaskan bunga dengan tangkainya (pinang goyang), dan anting panjang (bangkarak). Perhiasan di leher antara lain kalung berantai (geno ma`bule), kalung panjang (rantekote), dan kalung besar (geno sibatu), dan berbagai aksesori lainnya. Penggunaan busana adat wanita Makassar yang lengkap dengan berbagai aksesorinya terlihat pada busana pengantin wanita. Begitu pula halnya dengan para pengiring pengantin, hanya saja perhiasan yang dikenakannya tidak selengkap itu.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang di maksud dengan baju bodo
2.      Jelaskan arti warna baju bodo

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui tentang baju bado
2.      Untuk mengetahui arti Warna baju Bodo









BAB II
PEMBAHASAN

A.    MENGENAL SEKILAS TENTANG BAJU BODO
Meskipun baju adat dari Makassar cukup popular, dikenal luas masih ada sebagian orang yang belum mengenal apa baju adat makassar yang sesungguhnya. Selama ini kita hanya melihatnya dari gambar buku-buku pelajaran dan foto-foto dari berbagai media baik cetak maupun elektronik. Tidak adil  rasanya jika hanya mengetahui baju adat dari daerah sendiri, Indonesia merupakan Negara kesatuan, upaya kita mengenal keanekaragaman budaya termasuk cinta tanah air. Dengan kita lebih mengenal lebih lanjut tentang budaya Makassar sedikitnya mengikis rasa etnosentrisme yang melekat didalam diri kita.
Etnosentrisme merupakan paham yang menganggap bahwa budayanyalah yang paling baik dibandingkan dengan budaya lain. di sisi lain paham ini menanamkan semangat kestiaan yang tinggi, tetapi disisi  lain dapat memberikan konflik jika ditanamkan secara berlebihan. Sebagai Negara kesatuan kita dituntut untuk bisa saling menghargai budaya masing-masing.
Baju adat merupakan pakaian tradisional yang terbuat dari bahan, corak, model, dari masyarakat setempat. Baju adat dari Makassar sering disebut baju bodo. Untuk sebagian suku bugis yang menetap di Makassar menyebut baju bodo dengan sebutan baju tokko. Baju bodo atau bojo tokko  dibuat dengan bentuk segi empat berlengan pendek. Baju ini dibuat dengan berbagai warna, dan kain yang digunakan adalah kain muslin.
 Kain muslin merupakan kain yang  terbuat dari gulungan kapas yang dijalin dengan menggunakan benang katun. Baju bodo ini merupakan salah satu baju tradisional tertua yang ada di dunia. Bahkan public internasional pun tidak mengetahuinya, maka dari itu kita perlu memperkenalkannya keseluruh penjuru dunia. Seperti telah disebutkan sebelumnya baju bodo terbuat dari kain muslin, yang merupakan kain yang sangat tua bahkan dikenal sejak abad ke-13.
Hebatnya jika dibanding dengan masyarakat didataran Eropa, lebih dulu dikenal oleh masyarakat Makassar khususnya pada abad ke 17. Baru dikenal di Eropa pada ke-18. Kain muslin yang digunakan untuk membuat baju bodo atau waju tokko ini awalnya sangat tipis, bahkan transparan. Sehingga pada awal pembuatan baju bodo, baju ini memperlihatkan bentuk tubuh wanita, sehingga bagian dada, pusar dan payudaranya sangat jelas terlihat. Sementara untuk padananya menegenakan kain sejenis kain sarung tenun khas Makassar.
Perjalanan selanjutnya, baju bodo ini berubah menjadi la’bu . Dahulu baju bodo yang masih memperlihatkan bagian dada wanita ini sejak zaman masuknya islam ditanah Makassar. Meskipun agama islam sudah masuk ke Makassar pada abad ke-5, namun baru  diterima oleh masyarakat pada abad ke-17.
Penerimaan ajaran islam ini juga tidak lepas dari peran DI/II, DI/TII ini juga memberikan pengaruh pada perkembangan dan perubahan Baju Bodo menjadi baju La’bu dalam ajaran islam yang diemban oleh DI/TII pada masyarakat ini melarang memperlihatkan aurat, bahkan larangan in menjadi isu besar dikalangan agamawan dan pelaku adat. Larangan yang dilontarkan oleh penganut DI/TII waktu itu membuat baju Bodo juga semakin jarang dikenakan. Hal ini tentu saja bisa berakibat terkikisnya corak khas budaya dan minimnya. Penggunaan baju bodo dalam upacara adat.
Keterbukaan Kerajaan Gowa akan ajaran Islam ini, membuat raja gowa mengambil kebijakan yang cukup bijaksana. Kebijakan yang diberikan adalah memodifikasi baju bodo yang semua transparan dibuat agak tebal,longgar, panjang sampai lutut yang disebut  dengan baju la’bu.
Jadi baju adat dari Makassar yang masih banyak kita sebut dengan baju bodo ini, sebenarnya disebut dengan baju la’bu tetap saja tidak menghilangkan unsur sejarah baju bodo itu sendiri sehingga masyarakat luas masih saja menyebutnya baju bodo.
Baju bodo adalah pakaian tradisional perempuan suku BugisMakassar, Sulawesi, Indonesia. Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia. Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya. Berikut gambar baju bodo suku bugis Makassar :
B.     ARTI WARNA BAJU BODO
Bagi masyarakat Makassar, baju adat tradisionalnya tidak dibuat jika tidak memasuki arti atau makna, serta fungsi. Baju bodo yang dibuat dari kain yang berwarna warni ini memasuki arti dan fungsi yang berbeda beda. Salah satunya perbedaan warna baju yang dipakai dikenakan itu menunjukkan identitas penggunaanya.
Arti warna baju bodo dibuat hanya diperuntukkan untuk kaum wanitanya, tidak untuk laki-laki. Perbedaan arti dan fungsi inilah mengapa baju bodo ini dibuat berwarna, tetapi khususnya warna yang menjadi kesepakatan adat tidak boleh salah penggunaanya, sementara warna lainnya diperbolehkan untuk acara non formal. Baju bodo yang dikenakan untuk kelompok usia tertentu akan berbeda pilihan warnanya. Hal ini sudah dilakukan turun temurun sejak neneng moyang mereka sudah menjadi tradisi. Jika tradisi ini dilanggar, dipandang tidak tahu adat. Berikut arti warna baju bodo yang menunjukkan usia pemakainya:
-          Warna kuning gading. Baju bodo warna kuning gading ini disebut dengan waju pella-pella (kupu-kupu), dan dikenakan untuk anak perempuan dibawah usia 10 tahun. Warna ini disimbolkan sebagai dunia anak-anak yang penuh keceriaan, dan diharapkan supaya anak cepat dewasa dan bisa menghadapi tantangan hidup .
-          Warna jingga (merah muda). Baju bodo warna jingga dikenakan untuk perempuan usia 10-14 tahun. Usia ini dianggap masih matang atau setengah dewasa.
-          Warna jingga atau merah muda lapis. Baju bodo warna ini dikenakan untuk perempuan usia 14-17 tahun. Bedanya dengan usia 10-14 tahun hanya model bajunya, yang dibuat bersusun atau berlapis. Baju bodo warna ini dikenakan juga untuk mereka yang sudah menikah tetapi belum memilki anak.
-          Warna merah darah lapis. Baju bodo warna ini dikenakan untuk usia 17-25 tahun. Baju ini dikenakan untuk wanita yang sudah menikah dan telah memiliki anak. Menggunakan warna merah darah ini maknanya si wanita ini sudah mengeluarkan darah dari rahimnya.
-          Warna hitam. Baju bodo khususnya warna hitam dikenakan untuk wanita yang berusia 25-40 tahun.
-          Warna ungu. Baju bodo warna ini biasanya dikenakan oleh seseorang yang sudah tidak memilki seoarang suami (janda)
-          Warna putih. Baju bodo Warna putih  biasanya dipakai oleh para pembantu dan dukun.
-          Warna hijau. Baju bodo Hijau biasanya dipakai oleh perempuan bangsawan.

Selain peraturan pemakaian baju bodo itu, dahulu juga masih sering didapati perempuan Bugis-Makassar yang mengeakan Baju Bodo sebagai pakaian pesta, misalnya pada pesta perkawinan. Akan tetapi saat ini, baju adat ini sudah semakin terkikis oleh perubahan zaman. Baju bodo kini terpinggirkan, digantikan oleh kebaya modern, gaun malam yang katanya modis, atau busana-busana yang lebih simpel dan mengikuti trend.
Walau dengan keterpinggirannya, Baju bodo kini tetap dikenakan oleh mempelai perempuan dalam resepsi pernikahan ataupun akad nikah. Begitu pula untuk passapi’nya (pendamping mempelai, biasanya anak-anak). Juga digunakan pagar ayu.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Baju bodo adalah pakaian tradisional perempuan suku BugisMakassar, Sulawesi, Indonesia. Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia. Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya. Baju bodo meemilki arti sesuai warnanya, berikut arti warna baju bodo yang menunjukkan usia pemakainya:
-          Warna kuning gading. Baju bodo warna kuning gading ini disebut dengan waju pella-pella (kupu-kupu), dan dikenakan untuk anak perempuan dibawah usia 10 tahun. Warna ini disimbolkan sebagai dunia anak-anak yang penuh keceriaan, dan diharapkan supaya anak cepat dewasa dan bisa menghadapi tantangan hidup .
-          Warna jingga (merah muda). Baju bodo warna jingga dikenakan untuk perempuan usia 10-14 tahun. Usia ini dianggap masih matang atau setengah dewasa.
-          Warna jingga atau merah muda lapis. Baju bodo warna ini dikenakan untuk perempuan usia 14-17 tahun. Bedanya dengan usia 10-14 tahun hanya model bajunya, yang dibuat bersusun atau berlapis. Baju bodo warna ini dikenakan juga untuk mereka yang sudah menikah tetapi belum memilki anak.
-          Warna merah darah lapis. Baju bodo warna ini dikenakan untuk usia 17-25 tahun. Baju ini dikenakan untuk wanita yang sudah menikah dan telah memiliki anak. Menggunakan warna merah darah ini maknanya si wanita ini sudah mengeluarkan darah dari rahimnya.
-          Warna hitam. Baju bodo khususnya warna hitam dikenakan untuk wanita yang berusia 25-40 tahun.
-          Warna ungu. Baju bodo warna ini biasanya dikenakan oleh seseorang yang sudah tidak memilki seoarang suami (janda)
-          Warna putih.  Baju bodo Warna putih  biasanya dipakai oleh para pembantu dan dukun.
-          Warna hijau. Baju bodo Hijau biasanya dipakai oleh perempuan bangsawan.
B.     SARAN
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, memberikan pengetahuan bagi pembaca agar mengatahui pakaian adat bugis Makassar. Serta penulis menginginkan agar pakaian adat bugis Makassar yakni baju bodo bisa terkenal sampai keseluruh penjuru dunia yang bisa mengangkat martabat khususnya suku bugis Makassar.

DAFTAR PUSTAKA
 http://www.suarapembaruan.com Baju Bodo, Salah Satu Busana Tertua di Dunia. Suara Pembaruan Daily, diunduh 10 Oktober 2013
http://www.rappang.com, diunduh 10 Oktober 2013
http://www.w3.org/1999/xhtml diunduh 11 Oktober 2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar